Senin, 28 Desember 2015

ASWAJA (ISTIGHOSAH)

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Istihasah adalah meminta pertolongan kepada orang yang memilikinya, yang pada hakikatnya adalah meminta pertolongan kepada Allah S.W.T. semata. Dalam rmaksud untuk menghindarkan dari bahaya dan bencana, dan dilakukan bersama-sama dan di tempat terbuka.
Terbukti masayarakat NU di Indonesia sering mengadakan Istighasah untuk meminta tolong dan menghadapi bencana, seperti melakukan Istighasah ketika menjelang Ujian Nasional, Menghadapi bencana alam dan sebagainya.
Oleh sebab itu Istighasah sering dilakukan masyarakat NuU di Indonesia untuk hal tersebut sebagai tujuan meminta pertolongan dari mara bahaya,  kemudian rumusan yang dapat dibuat oleh pemateri adalah s
B.     Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian dan tata cara serta bentuk-bentuk Istighasah?
2.      Bagaimanakah Istighasah pada masa Nabi, Sahabat, dan tabi’in?
3.      Bagaimanakah Istighasah yang dilakukan oleh NU di Indonesia?
4.      Bagaimanakah isi materi Istighasah?
C.    Tujuan
1.      Untuk mengetahui apa arti istighasah dan supaya kita sebagai umat manusia lebih mendekatkan diri kepada Allah s.w.t semata.



BAB II
PEMBAHASAN

A.      Pengertian dan Tata Cara serta Bentuk-bentuk Istighasah
1.      Pengertian Istighasah
Kata “istighotsah” استغاثة berasal dari “al-ghouts”الغوث yang berarti pertolongan. Dalam tata bahasa Arab kalimat yang mengikuti pola (wazan) “istaf’ala” استفعل atau “istif’al” menunjukkan arti pemintaan atau pemohonan. Maka istighotsah berarti meminta pertolongan. Seperti kata ghufron غفران yang berarti ampunan ketika diikutkan pola istif’al menjadi istighfar استغفار yang berarti memohon ampunan.
Jadi istighotsah berarti “thalabul ghouts” طلب الغوث atau meminta pertolongan.
Istighasah adalah memohon atau meninta pertolongan kepada Allah SWT. Kaum Nahdiyin sangat erat hubungannya dengan Istighasah.
Istighasah sangat dianjurkan oleh Agama, lebih-lebih ketika sedang menghadapi atau mengalami permasalahan yang besar dan jalan yang ditempuh sangat sulit. Pada saat itu meminta pertolongan kepada Allah sangat diperlukan dalam bentuk Istighasah. Di semua tingkatan kepengurusan NU, selalu akrab dengan budaya Istighasah. Kadang menggunakan istilah Istighasah kubro, Istighosah Nasional, dan lain sebagainnya.
 Berkata Syeihkul Islam Ibnu Taimiah : " Istigshostah  adalah meminta pertolongan, dalam rangka untuk menghilangkan musibah atau bencana."
Adapun do'a adalah pokok kata dari kata kerja  دعا يدعو   yang artinya, طلب حضار  إ yaitu " memohon kehadiran " dan di sebutkan pula bahwa do'a adalah  " ما يدعى به من الله   yaitu apa-apa yang di gunakan untuk menyeru Allah berupa perkataan. Ini adalah do'a secara bahasa, adapun secara istilah adalah sebagaimana yang di katakan syekh ustaimin " طلب ما ينفع أ و طلب ما د فع ما يضر  " yaitu memohon sesuatu yang bermanfaat serta memohon untuk menolak sesuatu yang bermadharat ".
Perbedaan antara istighostah dan do'a adalah : istighostah tidak lain dalam rangka untuk di selamatkan dari suatu musibah, sedangkan do'a maknanya lebih umum, sebab itu dia mencakup permohonan dari suatu musibah atau untuk selainnya, bentuk 'athaf ( aneksasi ) kata doa dalam kalimat (أ و يد عو  ) terhadap kata istighostah dalam kalimat  أ ن يستغيث  adalah merupakan athof yang bersifat umum kepada yang bersifat khusus. Jadi , antara keduanya terdapat makna umum dan khusus yang muthlak, keduanya bertemu dalam satu titik namun kata do'a lebih umum, artinya setiap istighostah adalah do'a dan bukan setiap do'a adalah istighostah

Dzikir yang dibaca dalam Istighasah di dalam kalangan NU memakai dzikir yang dibakukan oleh Jam’iyah ahli Thariqah al-Muktbarah an-Nahdliyah, ijazah dan Syaikhona Cholil Bangkalan.[1]
Di dalam Istighasah ini oleh Ulama salaf tidaklah terjadi pertentangan. Karena dalam Istighasah seseorang bukanlah meminta kepda sesuatu yang dijadikan wasilah tersebut, akan tetapi pada hakikatnya meminta kepada Allah s.w.t. dengan barakahnya orang yang dekat kepada Allah s.w.t. baik seorang nabi, wali maupun orang-orang yang shaleh.[2]
2.      Tata Cara Istighosah
Pada dasarnya Istighasah dilakukan untuk meminta pertolongan kepada Allah untuk dijauhkan dari segala bencana dan diadakan di tempat terbuka dan dilakukan bersama-sama. Cara mengamalkan atau tata cara Istighasah :
1.      Hajat ringan, yaitu dengan menggunakan sholat hajat 2 rakaat
2.      Hajat besar, yaitu dengan menggunakan sholat 4 rakaat dan 2 kali salam, diakhiri dengan salam selanjutnya diteruskan dengan sujud syukur, lalu membaca sholawat, tasbih, lalu meminta hajat apa yang diinginkan. Setelah itu bertawasul dan membaca bacaan Istighosah
3.      Bentuk-bentuk Istighosah
1.      yang di perintahkan
yaitu istighostah kepada Allah ta'ala, istrighostah yang di perbolehkan
yaitu istighostah ( meminta bantuan ) kepada seseorang yang   mempunyai sifat

2.      istighostah yang dilarang.
Yaitu istighostah kepada selain Allah yang tidak mempunyai sifat hayyun ( hidup ) hadir dan qadir ( mampu ).
3.      istrighostah yang di perbolehkan : yaitu istighostah ( meminta bantuan ) kepada seseorang yang   mempunyai sifat hayyun  ( hidup ), hadir ( ada di hadapan ), qodir ( mampu ) Allah berfirman :
فَا سْتَغَثَهُ الَّذِيْ مِنْ شِيْعَتِهِ  عَلَى الَّذِي مِنْ عَدُوِّهِ...
Artinya : maka orang yang dari golongan meminta petolongan kepada ( musa ) untuk mengalahkan orang yang dari musuhnya." ( al Qhashas 15  )
ayat ini berkenaan dengan orang  berada di  bani isroil yang beristighostah kepada musa untuk mengalahkan  musuhnya dari  fir'aun. Maka beristighostah kepada orang yang sudah meninggal, yang ghoib ( jin dan lain sebagainya atau manusia tiada di hadapannya ) ataupun orang yang tidak mempunyai kamampuan, seperti menurunkan hujan dan lain-lain. Ini adalah syirik besar. Do'a adalah ibadah sedangkan istighostah adalah lebih khusus daripada do'a, dan memalingkan do'a kepada selain Allah seperti istighostah, dia adalah musyrik. Orang musyrik tidak akan di ampuni selama tidak bertaubat pada Allah ta'la dengan  taubat nashuha.
B.       Istighosah Pada Masa Nabi, Sahabat dan Tabi’in
Dan pada dasarnya pada saat masa Nabi, Sahabat dan Tabi’in lebih dikenal dengan sebutan berdo’a dengan tujuan meminta pertolongan kepada Allah.
Istighotsah juga disebutkan dalam hadits Nabi, di antaranya:
Sesungguhnya matahari akan mendekat ke kepala manusia di hari kiamat, sehingga keringat sebagian orang keluar hingga mencapai separuh telinganya, ketika mereka berada pada kondisi seperti itu, mereka beristighotsah (meminta pertolongan) kepada Nabi Adam, kemudian kepada Nabi Musa kemudian kepada Nabi Muhammad. (H.R.al-Bukhari).
Hadits ini juga merupakan dalil dibolehkannya meminta pertolongan kepada selain Allah dengan keyakinan bahwa seorang nabi atau wali adalah sebab. Terbukti ketika manusia di padang mahsyar terkena terik panasnya sinar Matahari mereka meminta tolong kepada para Nabi.



C.      Istighosah yang Dilakukan oleh NU di Indonesia
Di Indonesia istighotsah diartikan sebagai dzikir atau wiridan yang dilakukan secara bersama-sama dan biasanya di tempat-tempat terbuka untuk mendapatkan petunjuk dan pertolongan dari Allah SWT. Sementara doa-doa yang diucapkan pada saat istighotsah adalah doa-doa atau bacaan yang khas diamalkan dalam jama’ah thoriqoh, meski kadang ada beberapa penambahan doa.
Pertama-tama para jama’ah istighotsah membaca surat pertama dalam Al-Qur’an yakni Al-Fatihah sebagai pembuka segala kegiatan yang baik. Selanjutnya jama’ah membaca doa-doa berikut:
1.    Istighfar (astagfirullahal adzim) meminta ampun kepada Allah.
2.     Hauqolah (la haula wala quwwata illa billahil aliyyil adzim) Meminta kekuatan kepada Allah.
3.    Sholawat atau doa untuk Nabi Muhammad SAW dan keluarganya Lafadz tahlil panjang yang berbunyi “La ilaha illa anta subhanaka inni kuntu minadzolimin” sebagai pengakuan bahwa tiada Tuhan selain Allah dan bahwa hamba yang sedang berdoa telah melakukan perbuatan dzolim.
4.     Memuji asma Allah dengan lafadz “Ya Allah ya Qodim, ya Sami’u ya Basyir, ya Mubdi’u ya Kholiq, ya Hafidz ya Nasir ya Wakilu ya Allah, ya Lathif”.
5.    Kemudian bacaan istighotsah “Ya Hayyu ya Qoyyum birohmatika astaghits
Jumlah bacaan bisa bermacam-macam antara 1, 3, 7, 33, 100, atau 1000 tergantung sang pemimpin jama’ah istigotsah. Setelah itu dilanjutkan dengan membaca surat Yasin dan dilanjutkan dengan tahlil untuk mendoakan para orang tua, guru, sesepuh, anak, dan saudara yang telah menghadap Sang Kholiq. Jauh-jauh hari, jama’ah thoriqoh mengamalkan doa-doa tersebut pada waktu-waktu tertentu di ruangan tertutup seperti masjid, langgar dan musholla dengan penuh kekhusu’an dan dipimpin oleh guru tarekat (mursyid).
Pada akir tahun 1990-an para kiai Nahdlatul Ulama berinisiatif mengajak umat Islam dan bangsa Indonesia untuk berdoa, meminta pertolongan kepada Allah, secara bersama-sama di tempat terbuka. Saat itu Indonesia diperkirakan kiai telah dan akan memasuki bencana besar, maka berbagai elemen bangsa harus berdoa bersama-sama untuk keselamatan bangsa Indonesia.
Persis tanggal 25 Desember 1997 doa bersama untuk pertama kalinya dilaksanakan secara terbuka di lapangan bola Tambak Sari, Surabaya, dipimpin oleh Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur waktu itu KH Hasyim Muzadi. Ternyata Istighotsah tersebut bisa terlaksana dengun khusu dan syahdu, sehingga bisa membawa ketenangan jiwa. Yang kedua dilaksanakan lapangan Kodam Surabaya yang dihadiri tidak hanya di kalanagan NU tetapi juga kalangan pejabat.
Istighosah kemudian sering dilakukan terutama menjelang dan selama masa krisis 1997-1998. Istighotsah yang paling besar dilakukan di Lapangan Parkir Timur senayan Jakarta oleh Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU). Tidak hanya dihadiri oleh para kiai NU, tokoh umat Islam, tetapi juga para pimpinan partai, pejabat tinggi negara serta para petinggi Militer termasuk Panglima Angkatan Bersenjata. Waktu itu, istighostah selain sebagai doa bersama juga merupakan penegasan komitmen kebangsaan yang dilakukan oleh seluruh elemen bangsa Indonesia saat Indonensia terjadi krisis politik, ekonomi besar dan menghadapi bahaya disintegrasi bangsa.
Istighatsah kini menjadi istilah umum untuk dzikir yang dihadiri oleh banyak orang dan dilakukan di tempat-tempat umum. Istighotsah juga diisi dengan ceramah agama (mau'idzatul hasanah) kemudian ditutup dengan pembacaan doa pamungkas yang dipimpin oleh para ulama secara bergantian. (A Khoirul Anam).
D.      Dasar Hukum Tujuan dan Alasan-Alasanya Diadakannya Istighosah
1.      Dasar Hukum
Dengan firmanNya :
وَاسْتَعِنُوْا بِالصَّبْرِ وَالصَّلَوَةِج وَإِنَّهَا لَكَبِرَةٌ إِلَّا عَلَى لْخَّشِعِيْنَ
Artinya : Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu’. (QS. Al-baqarah:45).[3]
إِذْ تَسْتَغِيْثُوْنَ رَبَّكُمْ فَاسْتَجَابَ لَكُمْ أَنِّيْ مُمِدُّ كُمْ بِأَلفٍ مِّنْ الْمَلٰىِٔكَةِ مُرْ دِفِيْنِ
Artinya : Ingatlah wahai Muhammad), ketika kamu memohon pertolongan kepada Tuhanmu lalu Dia mengabulkan permohonanmu.” (QS al-Anfal:09).
Dan Nabi bersabda :
اَللّٰهُمَّ اسْقِنَا غَيْثَا مُغِيْثَا
Artinya : ya Allah berikanlah kepada kami hujan yang memberikan pertolongan (HR. Bukhari).[4]
Dalil tentang diperbolehkannya berIstighosah dengan amal shaleh ini  sangat masyur, karena telah diriwayatkan oleh Imam Bukhori, Muslim dan Ahmad.

2.      Tujuan dan Alasan-alasannya diadakannya Istighosah
1.      Meminta pertolongan
2.      Menyambung silaturahmi antar umat islam
3.      Menghapus dosa

E.     Materi Istighasah
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم


الفَاتِحَة
Al-Fatihah
أسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ
Saya mohon ampun kepada Allah Yang Maha Agung (100x)
لَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إلَّا بِا للهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ
Tidak ada daya dan upaya untuk menjauhi maksiat kecuali dengan pemeliharaan Allah dan tiada kekuatan untuk melakukan ketaatan kecuali dengan pertolongan Allah (100x)
لَا حَوْلَ وَلَا مَلْجَأَ مِنَ اللهِ إِلَّا إِلَيْهِ
Tidak ada tempat perlindungan dari Allah kecuali hanya kepada-Nya (100x)
أللَّهُمَّ صَلِّي وسلم عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ
Ya Allah. Limpahkanlah rahmat kemuliaan dan keselamatan kepada junjungan kami Nabi Muhammad berserta keluarganya (100x)
يَا اَللهُ يَا قَدِيْمُ
Wahai Allah, wahai Dzat yang ada tanpa permualaan (100x)
يَا سَمِيْعُ يَا بَصِيْرُ
Wahai Allah, wahai Dzat Yang Maha Mendengar dan Maha Melihat (100x)
يَا مُبْدِعُ يَا خَالِقُ
Wahai Dzat yang mewujudkan sesuatu dari tidak ada, wahai Dzat Yang Maha Pencipta (100x)
يَا حَفِيْظُ يَا نَصِيْرُ يَا وَكِيْلُ ياَ الله
Wahai Dzat yang memelihara dari keburukan dan kebinasaan, wahai Dzat Yang Maha Menolong, wahai Dzat yang menjamin rizki para hamba dan mengetahui kesulitan-kesulitan hamba, Ya Allah (100x)

يَا خَيُّ يَا قَيُّوْمُ بِرَحْمَتِكَ أسْتَغِيْثُ

Wahai Dzat Yang Hidup, Yang terus menerus mengurus makhluknya, dengan rahmat-Mu aku memohon pertolongan-Mu (100x)
لَا إلهَ إلَّا أنْتَ سُبْحَانَكَ إنِّي كُنْتُ مِنَ الظَّالِمِيْنَ
Tiada Tuhan yang berhak disembah selain Engkau, Maha Suci Engkau, Sungguh aku termasuk orang-orang yang telah berbuat dzalim (100x)
يَا لَطِيْفُ
Wahai Dzat yang Maha Lembut Kasih Sayangnya (129x)
يارحمن يارحيم
Wahai Dzat Yang Maha Pengasih dan Penyayang (100x)

أسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ إنَّهُ كَانَ غَفَّارًا

Aku mohon ampun kepada Allah Yang Maha Agung, sungguh Allah Dzat Yang Maha Pengampun (100x)

اَللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَـــيِّدِناَ مُحَمّــــَدٍ قَدْ ضـَاقَتْ حِـــيلَتِي أَدْرِكْـنِي يَا رَسُــولَ اللهِ 

Ya Allah, limpahkanlah rahmat kemuliaan dan keselamatan kepada junjungan kami Nabi Muhammad, sungguh telah habis daya dan upayaku maka tolonglah aku. Ya rasulullah (100x)

اَللّهُمَّ صَلِّ صَلَاًة كَامِلَةً وَسَلِّمْ سَلَامًا تَامًّا عَلَى سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ الَّذِي تَنْحَلُّ بِهِ الْعُقَدُ وَتَنْفَرِجُ بِهِ الْكُرَبُ وَتُقْضَى بِهِ الْحَوَائِجُ وَتُنَالُ بِهِ الرَّغَائِبُ وَحُسْنُ الْخَوَاتِمِ َويُسْتَسْقَى الْغَمَامُ بِوَجْهِهِ الْكَرِيمِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ فِي كُلِّ لَـمْحَةٍ وَنَفَسٍ بِعَدَدِ كُلِّ مَعْلُومٍ لَكَ

Membaca Sholawat Nariyah di atas (100x)
اَللّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ صَلَاةً تُـنْجِينَا بِهَا مِنْ جَمِيعِ الْأَهْوَالِ وَالْآفَاتِ. َوتَقْضِي لَنَا بِهَا جَمِيعَ الْحَاجَاتِ. وَتُـطَهِّرُناَ بِهَا مِنْ جَمِيعِ السَّيِّئاَتِ. وَتَرْفَعُنَا بِهَا أَعْلَى الدَّرَجَاتِ. وَتُـبَلِّغُنَا بِهَا أَقْصَى الْغَايَاتِ. مِنْ جَمِيعِ الْخَيْرَاتِ فِي الْحَيَاتِ وَبَعْدَ الْمَمَاتِ
Membaca Sholawat Munjiyat di atas (100x)
يَا بَدِيْعُ
Wahai Dzat yang menciptakan makhluk tanpa ada contoh sebelumnya (100x)
يس فضيلة
Membaca Yasin Fadhilah (1x)
اللهُ أكْبَرُ اللهُ أكْبَرُ اللهُ أكْبَرُ , يَا رَبَّنَا وَإلَهَنَا وَسَيِّدَنَا أنْتَ مَوْلَانَا فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِيْنَ
Allah maha besar, Wahai Tuhan kami, sesembahan kami, Tuan kami, Engkau-lah penolong kami, menangkan kami atas orang­-orang kafir (3x)
حَصَّنْتُكُمْ بِالْحَيِّ الْقَيُّوْمِ الَّذِيْ لَا يَمُوْتُ أبَدًا , وَدَفَعْتُ عَنْكُمُ السُّوْءَ بِألْفِ ألْفِ لَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إلَّا بِا للهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ
Aku mohonkan pemeliharaan untuk kalian kepada Dzat Yang Maha Hidup dan terus menerus mengatur hamba-Nya yang tidak pernah mati selamanya, dan aku tolak dan hindarkan dari kalian segala keburukan dengan sejuta bacaan “La haula wa la quwwata illa billahil aliyyil adzim” (3x)
الْحَمْدُ للهِ الَّذِيْ أنْعَمَ عَلَيْنَا وَهَدَانَا عَلَى دَيْنِ الإسْلَامِ
Segala puji bagi Allah yang telah memberikan kita nikmat dan petunjuk kepada agama Islam (3x)
بِسْمِ اللهِ مَاشَاءَ اللهُ لَا يَسُوْقُ الْخَيْرَ إلَّا اللهِ , بِسْمِ اللهِ مَاشَاءَ اللهُ لَا يَصْرِفُ السُّوْءَ إلَّا اللهُ , بِسْمِ اللهِ مَاشَاءَ اللهُ مَا كَانَ مِنْ نِعْمَةٍ فَمِنَ اللهِ , بِسْمِ اللهِ مَاشَاءَ اللهُ لَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إلَّا بِا للهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ
Dengan nama Allah yang segala sesuatu terjadi dengan kehendak-Nya, tidak ada yang mendatangkan kebaikan kecuali la. Dengan nama Allah yang segala sesuatu terjadi dengan kehendak-Nya, tidak ada yang menyingkirkan keburukan kecuali la. Dengan nama Allah yang segala sesuatu terjadi dengan kehendak-Nya, tidak ada kenikmatan melainkan dari Allah. Dengan nama Allah yang segala sesuatu terjadi dengan kehendak-Nya, tiada daya untuk berbuat kebaikan kecuali dengan pertolongan Allah dan tiada kekuatan untuk menghindar dari perbuatan maksiat kecuali dengan perlindungan Allah yang maha Mulia dan maha Agung (3x)
سَألْتُكَ يَا غَفَّارُ عَفْوًا وَتَوْبَةً وَبِالْقَهْرِ يَا قَهَّارُ خُذْ مَنْ تَحَيَّلَا
Ya Allah, aku memohon ampunan dan taubat yang diterima kepada-Mu Ya Allah yang maha pengampun, dan dengan kekuatan dan kekuasaan-Mu Wahai Dzat yang maha Mengalahkan, tundukkan dan hukumlah orang yang melakukan tipu muslihat dan ingin mencelakai kami (3x)
وَعَطِّفْ قُلُوبَ الْعَالَمِيْنَ بِأَسْرِهَا , عَلَيَّ وَأَلْبِسْنِيْ قَبُولاً بِشَلْمَهَتْ ، نَرُدُّ بِكَ الْأَعْدَاءَ مِنْ كُلِّ وِجْهَةٍ , وَبِالْإِسْمِ نَرْمِيْهِمْ مِنَ الْبُعْدِ بِالشَّتَتْ
Menbaca bacaan di atas (3x)
مَا شَاءَ اللهُ
Segala sesuatu terjadi karena kehendak Allah (30x)

يَا جَبَّارُ يَا قَهَّارُ يَا ذَا الْبَطْشِ الشَّدِيْدِ , خُذْ حَقَّنَا وَحَقَّ الْمُسْلِمِيْنَ مِمَّنْ ظَلَمَنَا وَالْمُسْلِمِيْنَ وَتَعَدَّى عَلَيْنَا وَعَلَى الْمُسْلِمِيْنَ

Wahai Dzat yang Maha Mengalahkan, Maha Menundukkan, Dzat yang keras azab-Nya, ambilkan hak-hak kami dan hak-hak umat Islam dari orang-orang yang menzhalimi kami dan menzhalimi umat Islam, yang telah menganiaya kami dan menganiaya umat Islam (3x)





BAB III
KESIMPULAN

1.      Istighasah adalah memohon atau meninta pertolongan kepada Allah SWT.
a.       Tata cara Istighosah
·      Hajat ringan, yaitu dengan menggunakan sholat hajat 2 rakaat
·      Hajat besar, yaitu dengan menggunakan sholat 4 rakaat dan 2 kali salam
b.      Bentuk-bentuk Istighasah
·      Istighasah yang dilarang
·      Istighasah yang diperintahkan
·      Istighasah yang diperbolehkan
2.      Istighasah pada masa Nabi, Sahabat, dan Tabi’in
3.      Istighasah yang dilakukan NU di Indonesia
Di Indonesia istighotsah diartikan sebagai dzikir atau wiridan yang dilakukan secara bersama-sama dan biasanya di tempat-tempat terbuka untuk mendapatkan petunjuk dan pertolongan dari Allah SWT. Sementara doa-doa yang diucapkan pada saat istighotsah adalah doa-doa atau bacaan yang khas diamalkan dalam jama’ah thoriqoh, meski kadang ada beberapa penambahan doa.
4.      Dasar hukum, tujuan dan alesan-alesanya diadakannya istighasah
·         Dasar Hukum
وَاسْتَعِنُوْا بِالصَّبْرِ وَالصَّلَوَةِج وَإِنَّهَا لَكَبِرَةٌ إِلَّا عَلَى لْخَّشِعِيْنَ
Artinya : Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu’. (QS. Al-baqarah:45).
·         Tujuan
1.      Meminta pertolongan
2.      Menyambung silaturahmi antar umat islam
3.      Menghapus dosa


DAFTAR PUSATAKA

Al-jawi ngabdurrohman.2011.TRADISI DAN AMALIAH NU.Jakarta:LTM-PBNU
Abidin Zainal.2009.Tanya Jawab Akidah Ahlusunah Wal Jamaah.Surabaya: Khalista
Fadeli Soelaiman,M.Subhan.2008. ANTOLOGI NU.Surabaya: Khalista




[1] Soeleiman Fadeli, Mohammad Subhan, ANTOLOGI NU (Surabaya:Khalista,2008)hlm.122
[2] Said Aqil Siradj,Masdar F.Mas’udi,TRADISI AMALIAH NU & DALIL-DALINYA (Jakarta:LTM-PBNU,2011)hlm.5
[3] Said Aqil Siradj,Masdar F.Mas’udi,TRADISI AMALIAH NU & DALIL-DALINYA (Jakarta:LTM-PBNU,2011)hlm.6
[4] Ibid.hal 6

1 komentar: