Selasa, 12 Januari 2016

Metedologi Studi Islam ( Pendekatan-Pendekatan dalam memahami Agama)



BAB I
PENDAHULUAN

1.1              Latar Belakang
Dewasa ini agama semakin dituntut agar ikut terlibat secara aktif didalam memecahkan berbagai masalah yang dihadapi umat manusia.
Agama tidak boleh hanya sekedar menjadi lambing kesalehan atau berhenti sekedar disampaikan dalam khotbah, melainkan secara konsepsional menunjukkan cara-cara yang paling efektif dalam memecahkan masalah.
Tuntutan terhadap agama demikian itu dijawab manakala pemahaman agama yang selama ini banyak menggunakan pendekatan teologis normative dilengkapi dengan pemahaman agama yang menggunakan pendekatan lain, yang secara operasional konseptual, dapat memberikan jawaban terhadap maslah yang timbul.
Berkenaan dengan pemikiran diatas, maka dalam makalah ini pembaca akan diajak untuk mengkaji berbagai pendekatan yang dapat digunakan dalam memahami agama. Hal demikian perlu dilakukan, karena melalui pendekatan tersebut kehadiran agama secara fungsional dapat dirasakan oleh penganutnya. Sebaliknya tanpa mengetahui berbagai pendekatan tersebut, tidak mustahil agama menjadi sulit dipahami oleh masyarakat, tidak fungsional, dan akhirnya masyarakat mencari pemecahan masalah kepada selain agama, dan hal ini tidak boleh terjadi.

1.2              Rumusan Masalah
a.       Apa pengertian pendekatan-pendekatan tersebut?
b.      Apa saja pendekatan dalam memahami agama?

1.3              Tujuan
a.       Mengerti makna pendekatan-pendatan dalam memahami agama.
b.      Mengetahu macam-macam pendekatan dalam memahami agama.



BAB II
PEMBAHASAN

2.1       Islam dan Agama
Dalam study keagamaan sering dibedakan antara kata religion dengan kata religiosity. Religion yang biasa dialihbahakan menjadi agama, yang mencerminkan sikap keberagamaan atau kesalehan hidup berdasarkan nulai-nilai ketuhanan.
Sedangkan religiositas mengarah pada kualitas penghayatan dan sikap hidup seseorang berdasarkan nilai-nilai keagamaan yang diyakininya. Istilah yang tepat sebenarnya bukan religiositas melainkan spiritualitas. Yang lebih menekankan substansi nilai-nilai luhur keagamaan dan cenderung memalingkkan diri dari formalism keagamaan. Biasanya, orang yang merespon agama dengan menekankan dimensi spiritualitasnya cenderung bersikap apresiatif terhadap nilai-nilai luhur keagamaan, meskipun berada dalam wadah agama lain. Sebaliknya, ia merasa terganggu oleh dinilainya akan menghalangi berkembangya nilai-nilai moral spiritual keagamaan. Oleh karena itu, kita perlu mengetahui kebenaran agama bukan hanya pada dataran eksoterik, melainkan juga dari dataran esoteric.
Eksklusivisme melahirkan pandangan bahwa ajaran yang paling benar hanyalah agama yang dipeluknya. Agama lain sesat dan wajid dikikis, atau pemeluknya dikonversi. Karena, baik agama maupun pemeluknya, dinilai terkutuk dalam pandangan Tuhan.
Inklusivisme berpandangan bahwa diluar agama yang dianutnya, juga terdapat kebenaran meskipun tidak seutuh dan sesempurna agama yang dipeluknya.
Puralisme berpandangan bahwa secara teologis, pluralitas agama dipandang sebagai suatu realitas niscaya yang masing-masing berdiri sejajar sehingga semangat misionaris atau dakwah dianggap tidak relevan.
Universalisme beranggapan bahwa pada dasarnya semua agama adalah satu dan sama. Hanya karena faktor historis-antropologis, agama kemudian tampil dalam format plural.
Di Negara Indonesia, kelihatannya umat islam masih didominasi pandangan eksklusivisme. Hal ini, disatu sisi dipandang wajar, karena warisan historis tentang persentuhan islam, Kristen. Oleh karena itu, kita perlu mempertimbangkan format-format lain sebagai alternative wajah keberagaman islam di Indonesia.

2.2       Pendekatan-pendekatan di Dalam Memahami Agama
Dalam memahami ataupun mempelajari agama diperlukan beberapa cara atau pendekatan. Beberapa pendekatan terkait studi dalam memahami agama, antara lain :
A.    PENDEKATAN TEOLOGIS NORMATIF
Pendekatan teologis normative dalam harfiah dapat diartikan sebagai upaya memahami agama dengan menggunakan kerangka ilmu ketuhanan yang bertolak dari suatu keyakinan bahwa wujud empiik dari suatu keagamaan dianggap sebagai yang paling benar dibandingkan dengan yang lainnya.Amin Abdullah mengatakan, bahwa teologi sebagaimana kita ketahui, tidak bisa tidak mengacu kepada agama tertenu.Loyalitas terhadap kelompok sendiri, komitmen, dan dedikasi yang tinggi serta penggunaan bahasa yang bersifat subjektif, yakni bahasa sebagai pelaku bukan sebagai pengamat adalah merupakan ciri yang melekat pada bentuk pemikiran teologis. Pendekatan teologi dalam studi agama adalah pendekatan ima untuk merumuskan kehendak tuhan berupa wahyu yang disampaikan kepada para nabinya agar kehendak Tuhan dapat dipahami secara dinamis dalam konteks ruang dan waktu.Pendekatan teologi dalam studi agama disebut juga pendekatan normative dari ilmu-ilmu agama itu sendiri.Secara umum, teologi atau normative dalam studi agama bertujuan untuk mencari kebenaran dari suatu ajaran agama atau dalam rangka menemukan pemahaman atau pemikiran keagamaan yang lebih dapat dipertanggungjawabkan secara normative.
Dalam pendekatan teologi ini agama dilihat sebagai suatu kebenaran mutlak dari Tuhan.Tidak ada sedikitpun kekurangan dan tampak bersikap ideal.Dalam kaitan ini agama tampil sangat prima dengan seperangkat cirinya yang khas. Untuk agama islam misalnya, secara normative pasti benar. Menjunjung nilai-nilai luhur.Untuk bidang social, agama tampil menawarkan nilai kemanusiaan, kebersamaan, kesetiakawanan, tolongmenolong, tenggang rasa, persamaan derajat dan sebagainya. Untuk bidang ekonomi agama tampil menwarkan keadilan, kejujuran, dan salinh menungtungkan yang diketahui satu sama lain. Untuk bidang pengetahuan, agama tampil mendorong pemeluknya agar memiliki ilmu pengetahuan dan teknologi yang setinggi-tingginya, menguasai keterampilan, keahlian dan sebagainya.Demikian untuk bidang kesehatan, lingkungan hidup, kebudayaan, politik dan sebagainya agama tampil sangat ideal dan yang membangun berasarkan dalil-dalil yang terdapat dalam ajaran agama yang bersangkutan.
B.     PENDEKATAN ANTROPOLOGIS
Pendekatan antropologis dalam memahami agama dapat diartkan sebagai salah satu upaya untuk memahami ahama dengan cara melihat wujud praktik keagamaan yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat. Cara-cara disiplin ilmu antropologi dalam melihat suatu masalah digunakan pula untuk memahami agama.Antropologi dalam kaitan ini sebagaimana dikatakan Dawam Rahardjo, lebih mengutamakan pengamatan langsung, bahkan sifatnya partisipatif.Dari sini timbul kesimpulan-kesimpulan yang sifatnya induktif yang mengimbangi pendekatan deduktif sebagaimana digunakan dalam pengamatan sosiologis.
Sejalan dengan pendekatan tersebut, maka dalam berbagai penelitian antropologi agama dapat ditemukan adanya hubungan positif antara kepercayaan agama dengan kondisi ekonomi dan politik.Golongan masayarakat yang kurang mampu dan golongan miskin pada umumnya, lebih tertarik kepada gerakan-gerakan keagamaannya yang bersifat mesianis, yang menjanjikan perubahan tatanan social kemasyarakatan.Sedangkan golongan orang kaya lebih cenderung untuk mempertahankan tatanan masyarakat yang sudah mapan secara ekonomi lantaran tatanan itu menguntungkan pihaknya.
Dimana menurut Karl Marx (1818-1883) agama bisa disalahfungsikan oleh kalangan tertentu untuk melestarikan status peran tokoh-tokoh agama yang mendukung system kapitalisme di eropa yang beragama Kristen.Lain halnya dengan Max Weber (1964-1920), dia melihat adanya korelasi positif antara ajaran protestan dengan munculnya semangat kapitalisme modern.Melalui pendekatan antropologi ini, dapat dilihat bahwa agama ternyata berkorelasi dengan etos kerja dan perkembangan ekonomi suatu masyarakat.
Pendekatan antropologis seperti itu diperlukan, sebab banyak berbagai hal yang dibicarakan agama hanya bisa dijelaskan dengan tuntas melalui pendekatan antropologis. Dalam al-qur’an al-karim, sebagai sumber utama ajaran islam misalnya kita memperoleh tentang kapal nabi nuh di gunung Arafat, kisah ashabul kahfi yang bisa bertahan hidup tiga ratus tahun dalam goa. Dimana bangkai kapal itu, dan dimana keberadaan goa itu sekarang.Itu hal yang menakjubkan, ataukah itu hanya hal fiktif.Tentu masih banyak lagi contoh yang hanya dapat dijelaskan dengan bantuan ahli geografi dan arkeologi.

C.    PENDEKATAN SOSIOLOGIS
Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hidup bersama dalam masyarakat dan menyelidiki ikatan-ikatan antara manusia yang menguasai hidupnya itu. Sosiologi mencoba menegerti sifat dan maksut hidup bersama, cara terbentuk dan tumbuh serta berubahnya perserikatan-perserikatan hidup itu serta pula kepercayaannya. Keyakinan yang yang memberi sifat tersendiri kepada cara hidup bersama itu dalam tiap persekutuan hidup manusia. Sementara itu, Soerjono Soekanto mengartikan sosiologi sebagai suatu ilmu pengetahuan yang membatasi diri terhadap persoalan penilaian. Sosiologi tidak menetapkan kea rah mana sesuatu seharusnya berkembang dalam artimemberi petunjuk-petunjuk yang menyangkut kebijaksanaan kemasyarakatan dari proses kehidupan bersama tersebut. Di dalam ilmu ini juga dibahas tentang proses-proses social mengingat bahwa pengetahuan perihal struktur masyarakat saja belum cukup untuk memperoleh gambaran yang nyata mengenai kehidupan bersama manusia.
Dari dua definisi tersebut terlihat bahwa sosiologi adalah suatu ilmu yang menggambarkan tentang keadaan masyarakat lengkap dengan struktur, lapisan serta berbagai gejala social lainnya yang saling bersangkutan. Dengan ilmu ini suatu fenomena social dapat dianalisis dengan faktor-faktor yang mendorong terjadinya hubungan, mobilitas social serta keyakinan-keyakinan yang mendasari terjadinya proses tersebut.
Sosiologi dapat digunakan sebagai salah satu pendekatan dalam memahami agama.Hal demikian dapat dimengerti, karena banyak bidang kajian agama yang baru dapat dipahami secara proporsional dan tepat apabila menggunakan jasa bantuan dari ilmu sosiologi. Dalam agama islam dapat dijumpai peristiwa Nabu Yusuf yang dahulu budak lalu akhirnya bisa menjadi penguasa Mesir. Mengapa dalam melaksanakan tugasnya Nabi Musa harus dibantu oleh Nabi Harun, itu salah satu contohnya.Peristiwa tersebut baru dapat dijawab dan sekaligus dapat ditemukan hikmahnya dengan bantuan social.Tanpa ilmu social peristiwa-peristiwa tersebut sulit dijelaskan dan sulit untuk pula dipahami maksudnya.Disinilah letaknya sosiologi sebagai salah satu alat dalam memahami ajarab agama.
Pentingnya pendekatan sosiologi ini dalam memahami agama, ini mendorong kaum agama memahami ilmu-ilmu social sebagai alat untuk memahami agamanya. Dalam bukunya yang berjudul Islam Alternatif, Jalaluddin Rahmat telah menunjukkan betapa besarnya perhatian agama yang dalam hal ini islam terhadap masalah social, dengan mengajukan lima alasan sebagai berikut:
Pertama, dalam Aquran atau kitab hadits, proporsi terbesar kedua sebagai sumber hokum islam berkenaan dengan urusan muamalah.
Kedua, bahwa ditekankannya masalah muamalah dalam islam ialah adanya kenyataan bahwa bila urusan ibadah bersamaan waktunya dengan urusan muamalah yang penting, maka ibadah boleh diperpendek atau ditangguhkan (tentu bukan ditinggalkan), melainkan tetap dikerjakan sebagaimana mestinya.
Ketiga,bahwa ibadah yang mengandung segi kemasyarakatan diberi ganjaran lenih besar daripaa ibadah yang bersifat perseorangan.
Keempat,dalam islam terdapat ketentuan bila urusan ibadah dilakukan tidak sempurna atau batal, karena melanggar pantangan tertentu, maka kifaratnya ialah melakukan sesuatu yang berhubungan dengan masalah social.
Kelima, dalam islam terdapat ajaran bahwa amal baik dalam bidang kemasyarakatan mendapat ganjaran lebih besar daripada ibadah sunnah.


D.    PENDEKATAN FILOSOFIS
Secara harfiah, kata filsafat berasal dari kata philo yang berarti cinta kepada kebenaran, ilmu, dan hikmah.Selain itu filsafat dapat diartikan pula mencari hakikat sesuatu, berusaha menautkan sebab dan akibat serta berusaha menafsirkan pengalaman-pengalaman manusia. Dalam kamus umum bahasa Indonesia, Poerwadarminta mengartikan filsafat sebagai pengetahuan dan penyelidikan dengan akal budi mengenai sebab-sebab, asas, hokum dan sebagainya terhadap segala yang ada dialam semesta ataupun mengenai kebenaran dan arti adanya sesuatu.
Pengertian falsafah yang umumnya digunakan adalah pendapat yang dikemukakan Sidi Gazalba.Menurutnya filsafat adalah berfikir secara mendalam, sistematik, radikal, dan universal dalam rangka mencari kebenaran, inti hikmah atau hakikat mengenai segala sesuatu yang ada.
            Dari definisi tersebut, dapat diketahui bahwa filsafat pada intinya berupaya menjelaskan inti, hakikat, atau hikmah mengenai sesuatu yang berada dibalik objek formalnya.Fisafat mencari sesuatu mendasar, asas, inti yang terdapat dibalik yang bersifat lahiriyah.
            Berpikir secara filosofis selanjutnya dapat digunakan dalam memahami ajaran agama, dengan maksut agar hikmah, hakikat atau inti ajaran agama dapat dmengerti secara saksama.Dengan menggunakan pendekatan filosofis ini seseorang dapat memberi makna terhadap sesuaru yang dijumpainya, dan dapat menangkap hikmah dan ajaran yang terkandung didalamnya. Dengan cara demikian ketika seseorang mengerjakan suatu amal ibadah tidak akan merasa kekeringan spiritual yang dapat menimbulkan kebosanan. Semakinmampu menggali makna filosofis dari suatu ajaran agama, maka semakin meningkat pula sikap penghayatan dan daya spiritualitas yang dimiliki seseorang.Melalui pendekatan filosofis ini seseorang tidak akan terjebak pada pengamatan agama yang bersifat formalistic, yakni dengan mengamalkan agama dengan susah payah tapi tidak memiliki makna apa-apa, kosong tanpa arti.

E.     PENDEKATAN HISTORIS
Sejarah atau historis adalah suatu ilmu yang didalamnya dibahas berbagai peristiwa dengan memperhatikan unsur tempat, waktu, objek, latar belakang dan pelaku dari peristiwa tersebut.Melalui pendekatan sejarah ini seseorang diajak menukik alam idealis kealam yang bersifat empiris dan mendunia. Dari keadaan ini seseorang akan melihat kesenjangan atau keselarasan antara terdapat alam idealis dengan yanf ada dialam empiris dan historis.
Pendekatan sejarah ini umat dibutuhkan dalam memahami agama, karena agama turun dalam situasi yang konkret bahkan berkaitan dengan kondisi social kemasyarakatn. Dalam hubungan Kuntowijoyo telah melakukan studi yang mendalam terhadap agama yang dalam hal ini islam, menurut pendekatan sejarah. Ketika ia mempelajari Al-Qur’an, ia sampai pada suatu kesimpulan bahwa pada dasarnya kandungan alquran terbagi menjadi dua bagian, yang pertama, berisi konsep-konsep dan kedua berisi kisah-kisah sejarah dan perumpamaan.
Dalam analisis ilmu pendidikan islam dilihat dari latar belakang historis, yang berarti menempatkan sasaran analisis pada fakta-fakta sejarah umat islam yang berawal dari Nabi Muhammad diangkat menjadi Rasulullah Saw. sejak pengangkatan Muhammad SAW menjadi utusan Allah, tahap awal dari proses pendidikan islam dimulai yaitu tahun ke 13 hijrah ke madinah, pada waktu nabi berusia 40 tahun.
Selain itu, dengn pendekatan historis ini seseorang diajak untuk memasuki keadaan yang sebenarnya brkenaan dengan penerapan suatu peristiwa. Dari sini, maka seseorang tidak akan tersesat dalam memahami agama keluar dari konteks historisnya. Seperti seseorang yang memahami alquran secra benar mengenai kejadian yang mengiringi turunnya alquran.

F.     PENDEKATAN KEBUDAYAAN
Dalam kamus bahasa Indonesia, kebudayaan diartikan sebagai hasil kegiatan dan penciptaan batin manusia seperti kepercayaan, kesenian, adat istiadat, dan berarti pula kegiatan (usaha) batib (akal budi) dan sebagainya untuk menciptakan sesuatu yang termasuk kasil kebudayan. Sementara itu, sutan takdir alisjahbana mengatakan bahwa kebudayaan adalah seluruh yang kompleks, yang terjadi dari unsur-unsur yang berbeda seperti pengetahuan, kepercayaan, seni, hokum, moral, adat istiadat, dan segala kecakapan lain yang diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat.
Kebudayaan tampil sebagai pranata yang secara terus menerus dipelihara oleh para pembentuknya dan generasi selanjutnya yang diwarisi kebudayaan tersebut.Kebudayaan yang demikian selanjutnya dapat pula digunakan untuk memahami agama yang terdapat pada tataran empiris atau agama yang tampil dalam bentuk formal yang menggejala di masyarakat.Pengalaman agama yang terdapat didalam masyarakat tersebut diproses oleh penganutnya dari sumber agama, yaitu wahyu melalui penalaran. Kita misalnya membaca kitab fiqh, maka fiqh yang merupakan pelaksanaan dari nash alquran maupun hadits sudah melibatkan unsur penalaran dan kemampuan manusia. Dengan demikian agama menjadi membudaya atau membumi di tengah-tenah.Demikian agama yang dalam bentuknya itu berkaitan dengan kebudayaan yang berkembang dimasyarakat tempat agama itu berkembang.Dengan melalui pemahaman terhadap kebudayaan tersebut seseorang dapat mengamalkan ajaran agama. Kita misalnya menjumpai kebudayaan berpakaian, bergaul, bermasyarakat dan sebagainya.Dalam produk kebudayaan tersebut, unsur agama ikut dalam pengamalan agama. Sebaliknya, tanpa adanya unsur budaya, maka agama akan sulit dilihat sosoknya secara jelas.

G.    PENDEKATAN PSIKOLOGI
Psikologi atau ilmu jiwa adalah ilmu yang mempelajari jiwa seseorang melalui gejala perilaku yang diamatinya. Menurut Zakiah Daradjat, perilaku seseorang yang tampak lahiriyah terjadi karena dipengaruhi olh keyakinan yang dianutnya. Seseorang yang ketika berjumpa saling mengucapkan salam, hormat kepada kedua orang tua,
gejala-gejala keagamaan yang dapat dijelaskan melalui ilmu jiwa agama. Dengan ilmu ini, jiwa seseorang akan mengetahui tingkat keagamaan yang dihayati, dipahami dan diamalkan seseorang juga dapat digunakan sebagai alat untuk memasukkan agama dalam jiwa seseorang sesuai dengan tingkatan usianya. Dengan ilmu ini akan menemukan cara yang tepat dan cocok untk menanamkannya.
Psikolog agama sebagai cabang dari psikologi menyelidiki agama sebagai gejala kejiwaan.Penyelidikan agama sebagai gejala kejiwaan memiliki peran penting mengingat persoalan agama yang paling mendasar adalah persoalan kejiwaan.Manusia meyakini dan mati berserah diri kepada Tuhan.Melakukan upacara keagamaan, berdoa, rela berkorban dan rela hidupnya dikendalikan oleh norma-norma agama adalah persoalan kejiwaan. Agama dan psikolog memiliki tujuan yang sama, yaitu agar manusia sehat dan cerdas.







BAB III
PENUTUP
3.1  Kesimpulan :
Dari seluruh uraian diatas mengenai pendekatan-pendekatan dalam memahami agama, tidak hanya cukup dengan membaca ataupun mendengar suatu peristiwa yang kontemporer dari orang lain. Melainkan dengan berupaya unutk berusaha mencari ilmu dan sumbernya telah terbukti kebenarannya.Yaitu dengan melakukan beberapa pendekatan yang telah diuraikan diatas.

3.2  Saran        :
Jangan membiasakan diri kita untuk berpangku tangan dengan orang lain. Berusaha sendiri meskipun hasilnya sedikit, tapi akan memberikan rasa bangga terhadap diri sendiri. Seperti halnya kita dalam memahami agama, dengan selalu berusaha mencari kebenarannya dari sumber atau media yang telah tersedia dan terbukti kebenarannya. Dengan ilmu dan pengetahuan yang ada akan memberikan kemudahan bagi kita dalam mengimplementasikan ilmu untuk kehidupan sehari-hari tanpa takut salah. Karena kita telah mempelajari kebenarannya terlenih dulu sebelum melakukannya.














DAFTAR PUSTAKA

Drs. Atang Abd. Hakim, M.A. Dr. Jaih Mubarok, Metodologi Studi Islam, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2000.
Prof. Dr. H. Abuddin Nata, M.A., Metodologi Studi Islam, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2012.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar